KONSEP DASAR MANAJEMEN KURIKULUM DALAM KONSTRUKSI PENDIDIKAN
KONSEP DASAR MANAJEMEN KURIKULUM DALAM KONSTRUKSI
PENDIDIKAN
Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kurikulum dan Program Pendidikan dengan
dosen pengampu Dra. Wiji Hidayati, M.Ag.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1.
Sulastri NIM. 15490018 /MPI - C
2.
Muhammad Ja’far
S. NIM. 15490062 /MPI - C
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin,
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayah-Nya, sehingga penyusun bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga, para
sahabat dan pengikut yang teguh menjalankan sunnah-sunnahnya.
Selanjutnya makalah yang ada ini merupakan kumpulan
pembahasan dari konsep dasar manajemen kurikulum dalam konstruksi pendidikan.
Penyusun sangat berharap agar makalah ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan
bagi pembaca tentang bagaimana konsep dasar atau skema dasar tentang mengatur
kurikulum yang sudah ada supaya menjadi kurikulum yang bukan hanya sekedar
wacana. Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penyusun harapkan.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penyusun sadar bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen
pembimbing, penyusun meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
penyusun di masa yang akan dating serta mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.
Yogyakarta, 25 Februari 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................................
i
KATA
PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ....................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan
Masalah .......................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manajemen ............................................................................. 3
B. Pengertian
Kurikulum.................................................................................
4
C. Tingkat
Pengembangan Kurikulum............................................................
6
D. Program-program
Pendidikan.....................................................................
10
BAB
III KESIMPULAN/POINTERS
A. Kesimpulan
................................................................................................ 14
B. Saran
.......................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Salah satu aspek yang
berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan adalah aspek kurikulum. Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang memiliki peran strategis dalam sistem
pendidikan. Perkembangan yang terkait IPTEK, masyarakat, berbangsa, dan
bernegara, maupun isu-isu di dalam dan di luar negeri merupakan tantangan yang
harus dipertimbangkan dalm kurikulum. Oleh Karena itu, pemerintah pusat maupun
daerah dalam hal ini departemen pendidikan nasional harus mampu dengan cepat
menjawab tantangan-tantangan tersebut untuk direalisasikan dalam program
pendidikan di wilayah kerjanya.
Salah satu aspek yang
dapat mempengaruhi keberhasilan kurikulum adalah pemberdayaan bidang manajemen
atau pengelolaan kurikulum di lembaga pendidikan yan bersangkutan. Pengelolaan
kurikulum pada tingkat satuan pendidikan atau sekolah perlu dikoordinasi oleh
pihak pimpinan lembaga dan pembantu pimpinan yang dikembangkan secara integral
dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah dan KUrikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, serta disesuaikan dengan visi, misi yang bersangkutan. Di samping
itu, paradigma pendidikan dan pilar-pilar pembelajaran yang telah dicanangkan
pemerintah harus menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum di setiap
lembaga pendidikan.
Manajemen tidak akan
terlepas dari kegiatan pembelajaran karena manajemen tersebut merupakan usaha
untuk mensukseskan suatu tujuan dalam pendidikan. Diperlukan adanya
pengelolaan, penataan, dan pengaturan ataupun kegiatan yang sejenis yang masih
berkaitan dengan lembaga pendidikan guna mengembangkan sumber daya manusia agar
dapat memenuhi tujuan daripada pendidikan tersebut seoptimal mungkin.
Manajemen kurikulum
sebaga sutu disiplin ilmu juga berdasarkan atas Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 36 ayat 2 menyebutkan bahwa
“kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan siswa.
B.
Rumusan
Masalah
1
Apa
Pengertian Manajemen baik Etimologi maupun Epistemologi ?
2
Apa
Pengertian Kurikulum baik Etimologi maupun Terminologi ?
3
Bagaimana
Upaya Meningkatkan Pengembangan Kurikulum ?
4
Apa
saja Jenis Kurikuler dalam Program Pendidikan ?
C.
Tujuan
Masalah
Tujuan pembuatan makalah yang
berjudul “Konsep Dasar Manajemen Kurikulum dalam Konstruksi Pendidikan” ini
adalah untuk memperdalam pengetahuan tentang sebuah konsep dasar suatu
manajemen kurikulum yang berkedudukan di lembaga pendidikan agar bsa memahami
benar-benar makna manajemen kurikulum yang sebenarnya sehingga nantinya bisa
menghasilkan pendidikan yang dicita-citakan oleh bangsa, negara, dan pendidikan
yang unggul.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Manajemen
Secara bahasa,
manajemen berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu mwnagement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Dari bahasa
Itali yaitu maneggiare yang berarti
mengendalikan.[1]
Sedangkan dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to manage yang berarti mengendalikan. Dalam bahasa Indonesia juga
dapat diartikan mengendalikan, menangani atau mengelola.
Selanjutnya, kata benda
“manajemen” atau “management” dapat
mempunyai berbagai arti. Pertama, sebagai pengelolaan atau penanganan. Kedua,
perlakuan secara terampil untuk menangani sesuatu berupa skillful treatment. Ketiga, gabungan dari dua pengertian tersebut
yaitu yang berhubungan dengan pengelolaan suatu perusahaan, rumah tangga atau
suatu bentuk kerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.[2]
Ada beberapa pakar yang
mendefinisikan tentang arti manajemen, diantaranya:[3]
a.
Menurut
Sukamto Reksohadiprojo, M. Com.
Manajemen adalah suatu
usaha merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengkoordinasikan, serta
mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi agar tujuan organisasi tercapai
secara efisien dan efektif.
b.
George
R. Terry
Manajemen adalah
pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan
orang lain atau suatu proses yang berbeda yang terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya
lainnya.
Begitu banyaknya
pengertian tentang manajemen, maka manajemen sendiri bisa dapat diartikan
dengan berbagai cara, tergantung dari titik pandang atau sudut pandang orang
yang berpendapat. Namun, secara umum, manajemen merupakan pengelolaan suatu
pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan dengan cara menggerakkan orang lain untuk bekerja. Pengelolaan
pekerjaan itu terdiri dari beragam macam, bahkan hampir setiap aspek kehidupan
manusia memerlukan pengelolaan. Dan untuk mengelola suatu pekerjaan agar dapat
mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan sangat memerlukan
keahlia khusus, bukan saja keahlian teknis, melainkan juga keahlian dalam
memimpin orang-orang.
- Pengertian Kurikulum
Istilah “Kurikulum”
memiliki berak dulu sampai dbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam
bidang pengembangan kurikulum sejak dengan dewasa ini. Istilah kurikulum
berasal dari bahasa latin yakni “Curriculae”
yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.[4] Pada saat itu, pengertian
kurikulum adalah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang
bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat
memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti
bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran. Dengan kata
lain, kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai
titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah
tertentu.
Muhammad Joko Susilo
mengutip dari pendapat Hamalik yang memberikan tafsiran kurikulum dalam tiga
hal, yaitu:[5]
a.
Kurikulum memuat isi dan materi
pelajaran. Kurikulum ialah
sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk
memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran dipandang sebagai pengalaman orang
tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis
dan logis.
b.
Kurikulum sebagai rencana
pembelajaran. Kurikulum adalah suatu
program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program
itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan
dan perkembangan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pembelajaran.. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata ajaran saja,
melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa,
seperti bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan dan
lain-lain yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif.
c.
Kurikulum sebagai pengalaman
belajar. Dalam hal ini kurikulum
merupakan serangkaian pengalaman belajar. Hal ini senada dengan pendapatnya
Romine dalam Hamalik, “Curriculum is
interpreted to mean al of the organized courses, activities, and experiences
which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or
not”.
Sedangkan menurut Soetopo dan Soemanto
memiliki lima definisi:[6]
a.
Kurikulum
dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program
pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun.
b.
Kurikulum
dilukiskan sebagai bahan tertulis yang dimaksudkan utnuk digunakan oleh para
guru di dalam melaksanakan pelajaran untuk murid-muridnya.
c.
Kurikulum
adalah suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari
suatu rencana pendidikan dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan
oleh guru di sekolah.
d.
Kurikulum
diartikan sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman belajar, alat-alat
pelajaran dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam
pendidikan.
e.
Kurikulum
dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
Manajemen
kurikulum adalah sebagian suatu system pengelolaan kurikulum yang koopertaif,
komprehensif, sistemik, dan sistematka dalam rangka mewujudkan ketercapaian
tujuan kurikulum.[7]
Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan
konteks Manajemen Berbasis Sekolah dan KTSP. Oleh karena itu, otonomi yang
diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara
mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi
dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan
nasional yang telah ditetapkan.
Menurut
George R. Terry bahwa tahap planning
(perencanaan) adalah tahap menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk
mencapai
tujuan yang digariskan. Planning mencakup
kegiatan pengambilan keputusan berupa himpunan tindakan untuk masa mendatang:
tahap
organizing (pengorganisasian) berhubungan erat
dengan mengatur
sumber daya manusia merupakan tahap yang meliputi (a) membagi
komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok (b) membagi tugas kepada orang-orang dalam
kelompok (c) menetapkan wewenang diantara
kelompok; tahap actuating (Pelaksanaan) disebut juga gerakan aski
mencakup bentuk kegiatan yang dilakukan berdasar pada perencanaan dan pengorganisasian agar
tujuan- tujuan yang
telah ditetapkan
dapat tercapai.
Tahap controlling (pengawasan) merupakan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan yan
dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki
supaya tujuan-tujuan dapat tercapai. Pengawasan dijadikan alat
untuk a.
mengukur keseluruhan usaha, b. Mengendalikan seluruh
perencanaan, merupakan perbandingan antara pelaksanaan dengan perencanaan, yang dilakukan adalah
perhitungan hasil
yang dicapai
kemudian dituangkan dalam
laporan pengawasan.[8]
- Tingkat Pengembangan Kurikulum
Dalam UU-SISDIKNAS No.
20 Tahun 2003 BAB X Pasal 36 ayat 1 disebutkan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan dalam
ayat 2 disebutkan bahwa kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.[9]
Dalam pasal 38 ayat 2
juga disebutkan bahwa kurikulum
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh
setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah
koordinasi dan Supervisi Dinas Pendidikan atau kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
Muhammad Joko Susilo
mengutip dari Soetopo dan Soemanto yang menjelaskan bahwa landasan pengembangan
kurikulum dapat menjadi titik tolak sekaligus titik sampai. Titik tolak berarti
pengembangan kurikulum dapat didorong oleh pembaruan tertentu seperti penemuan
teori belajar yang baru dan perubahan tuntutan masyarakat terhadap fungsi
sekolah. Sedangkan titik sampai berarti kurikulum harus dikembangkan sedemikian
rupa sehingga dapat merealisasi perkembangan tertentu seperti kemajuan ipek,
perbedaan latar belakang murid, dan sebagainya.[10]
Dalam konteks ini,
pengembangan kurikulum yang dibahas berupa kurikulum 2013 yang sedang digunakan
oleh pemerintah saat ini. Pengembangan kurikulum 2013 seperti
pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat, yaitu
pengembangan kurikulum tingkat nasional, pengembangan kurikulum tingkat
wilayah, pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, pengembangan
silabus, dan pengembangan program pembelajaran.[11]
1.
Pengembangan
Kurikulum Tingkat Nasional
Dalam rangka pengembangan kurikulum
2013, pada tingkat nasional dilakukan penataan terhadap Standar Nasional
Pendidikan (SNP), terutama pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi,
Standar Proses, dan Standar Penilaian, yang dituangkan dalam peraturan
pemerintah nomor 32 Tahun 2013. Di samping penataan terhadap SNP di atas, juga
dilakukan penataan terhadap empat mata pelajaran: agama, PPKN, matematika, dan
bahasa Indonesia. Pada tingkat nasional pengembangan kurikulum meliputi jalur
pendidikan sekolah dan luar sekolah, baik secara vertikal maupun horizontal
dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan nasional. Jalur pendidikan
sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan
pembelajaran secara berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan jalur pendidikan
luar sekolah merupakan pedidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui
kegiatan pembelajaran yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan, termasuk
pendidikan keluarga (UUSPN).
Adapun pengembangan kurikulum yang
dilakukan secara nasional pada kurikulum 2006 atau kurikulum KTSP, Kementerian
Pendidikan Nasional adalah pengembangan Standar Kompetensi Lulusan yang telah
ditetapkan melalui Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 dan standar isi ditetapkan
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006.[12]
2.
Pengembangan Kurikulum
Tingkat Wilayah
Pengembangan kurikulum tingkat wilayah bermuara
pada wilayah tingkat I (provinsi). Pengembangan kurikulum tingkat wilayah
berkaitan dengan pengembangan kompetensi dan silabus untuk berbagai mata
pelajaran di luar mata pelajaran kurikulum nasional. Pengembangan kurikulum
untuk kelompok wilayah ini dilakukan oleh tim pengembangan kurikulum tingkat
wilayah di bawah koordinasi dinas pendidikan provinsi. Termasuk dalam kurikulum
tingkat wilayah ini adalah muatan lokal dan bahasa daerah.
Pengembangan kurikulum muatan lokal
dimaksudkan terutama untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan pengembangan
kurikulum sentralisasi dan bertujuan agar peserta didik mencintai dan mengenal
lingkungannya serta mampu melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam,
kualitas sosial, dan kebudayaan regional maupun pembangunan lokal sehingga
peserta didik tidak terlepas dari akar sosial budaya lingkungannya.[13]
3.
Pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
antara lain :
1)
Mengembangkan
kompetensi lulusan dan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada berbagai jenis
lembaga pendidikan.
2)
Berdasarkan
kompetensi dan tujuan di atas selanjutnya dikembangkan bidang studi-bidang
studi yang akan diberikan untuk merealisasikan tujuan tersebut.
3)
Mengembangkan
dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kepndidikan guru dan non guru sesuai dengan
kualifikasi yang diperlukan.
4.
Pengembangan
Silabus
Dalam kurikulum 2013, pengembangan
silabus tidak lagi oleh guru, tetapi sudah disiapkan oleh tim pengembangan
kurikulum, baik di tingkat pusat maupun wilayah. Dengan demikian guru tinggal
mengembangkan RPP berdasarkan buku panduan guru, buku panduan siswa dan buku
sumber yang semuanya telah disiapkan.
5. Pengembangan
Program Pembelajaran
Berdasarkan silabus,
kompetensi inti, dan kompetensi lulusan yang telah diidentifikasi dan diurutkan
sesuai dengan tingkat pencapaiannya, selanjutnya dikembangkan program-program
pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 program pembelajaran yang dikembangkan
adalah tematik, dan terpadu, seingga kegiatan pengembangan kurikulum pada
tingkat ini adalah menyusun dan mengembangkan rencana pembelajaran terpadu.[15]
Di samping itu, ada
juga peranan-peranan demi mewujudkan pengembangan kurikulum yang berkualitas,
diantaranya:
i. Peranan para
administrator pendidikan
Pada
administrator ini terdapat: direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan
kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta
kepala sekolah. Peranan para administrator di tingkat pusat (direktur dan
kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum,
menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum.
ii. Peranan para
ahli
Pengembangan
kurikulum juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh
karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli,
baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu.
iii. Peranan guru
Guru
merupakan perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Guru
meramu kembali kurikulum di pusat untuk disajikan di kelasnya. Peranan guru
bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar murid-murid dalam kelas,
tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang lebih luas.
iv. Peranan orang
tua murid
Peranan
mereka dapat berkenaan dengan 2 hal: pertama dalam penyusunan kurikulum dan
kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak
semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja
yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai. Melalui pengamatan
kegiatan belajar di rumah, laporan sekolah, partisipasi dalam kegiatan sekolah
orang tua dapat turut serta dalam pengembangan kurikulum terutama dalam bentuk
pelaksanaan kegiatan belajar yang sewajarnya, minat yang penuh, usaha yang
sungguh-sungguh, penyelesaian tugas-tugas serta partisipasi dalam setiap
kegiatan di sekolah. kegiatan-kegiatan tersebut akan memberikan umpan balik
bagi penyempurnaan kurikulum.
- Program-program Pendidikan
Sebelum kita membahas mengenai jenjang
keputusan kurikuler, alangkah baiknya kita mengenal dulu apa itu kurikuler dan
beberapa jenisnya. Kurikuler adalah rencana atau sebuah acuan yang mendasar
dalam proses pembelajaran yang sangat berguna tentunya bagi guru dan peserta
didik guna mencapai tujuan pembelajaran yang di harapkan. Untuk mewujudkan
tujuan itu dapat tercapai diperlukan alat bantu guna menunjang tercapainya
tujuan pembelajaran tersebut, alat bantu itu adalah kurikuler. Dengan kurikuler
kita dapat melakukan kegiatan yang tentunya bermanfaat untuk menunjang kegiatan
pembelajaran di sekolah. Adapun beberapa macam kegiatan kurikuler, seperti:
a) Kegiatan
IntraKulikuler (Intra Curricular Activities)
b) Kegiatan
Kokurikuler (Co Curricular activities)
c) Kegiatan
Ekstrakurikuler (Extra Curricular Activities)
a. Kegiatan Intrakurikuler (Intra Curricular
Activities)
Kegiatan Intrakurikuler adalah kegiatan
yang dilakukan oleh sekolah yang sudah teratur, jelas. dan terjadwal dengan
sistematik yang merupakan program utama dalam proses mendidik siswa. Contohnya:
di tiap sekolah umum pasti ada kegiatan mendidik siswa dengan berbagai mata
pelajaran seperti Matematika, PKN, Agama, dan lain sebagainya yang dilaksanakan
misalkan pukul 07.00-13.00 dengan ada jeda waktu atau istirahat 2 kali.
b. Kegiatan
Kokurikuler (Co Curricular activities)
Kegiatan Kokurikuler adalah kegiatan
yang sangat erat sekali dan menunjang serta membantu kegiatan intrakurikuler
biasanya dilaksanakan di luar jadwal intrakurikuler dengan maksud agar siswa
lebih memahami dan memperdalam materi yang ada di intrakurikuler, biasanya
kegiatan ini berupa penugasan atau pekerjaan rumah ataupun tindakan lainnya
yang berhubungan dengan materi intrakurikuler yang harus diselesaikan oleh
siswa. Dalam melaksanakan kegiatan kokurikuler, adal hal-hal yang harus
diperhatikan, diantaranya:
i.
Dalam memberikan
tugas kokurikuler hendaknya jelas dan sesuai dengan pokok bahasan atau sub
pokok bahasan yang sedang diajarkan.
ii.
Dalam memberikan
tugas kokurikuler seorang guru hendaknya tahu mengenai tingkat kesulitannya
bagi siswa sehingga tugas yang diberikan kepada siswa itu sesuai dengan
kemampuannya dan tidak memberatkan baik pada fisiknya maupun psikisnya.
iii.
Dalam penilaian
tugas kokurikuler, hendaknya jelas dan adil sesuai dengan hasil masing-masing
kemampuan siswanya.
iv.
Dalam fungsi
memberikan tugas kokurikuler, hendaknya selain untuk memperdalam pengetahuan
siswa, guru juga hendaknya dengan tugas kokurikuler ini bisa membantu dalam
penentuan nilai raport.
c. Kegiatan
Ekstrakurikuler (Extra Curricular Activities)
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan
yang dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa (di luar intrakurikuler), dan
kebanyakan materinya pun di luar materi intrakurikuler, yang berfungsi utamanya
untuk menyalurkan/mengembangkan kemampuan siswa sesuai dengan minat dan
bakatnya, memperluas pengetahuan, belajar bersosilisasi, menambah keterampilan,
mengisi waktu luang, dan lain sebagainya, bisa dilaksanakan di sekolah ataupun
kadang-kadang bisa di luar sekolah. Contoh dari kegiatan ekstra kulikuler
seperti: Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan
penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik penelitian, Latian/lomba
keberbakatan/prestasi meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya,
cinta alam, jurnalistik teater, keagamaan. Dan seminar, lokakarya, dan
pemeran/bazaar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan,
perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.
Keberhasilan suatu kurikulum akan
optimal apabila didukung oleh kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler yang
dikelola secara efektif dan profesinal. Kegiatan ini sering terabaikan karena
pihak sekolah merasa bahwa kegiatan ini bukan prioritas utama program sekolah.
Padahal hasil kegiatan ini dapat lebih mengoptimalkan kemampuan siswa sesuai
bakat dan minat yang dimilikinya. Oleh karena itu, kegiatan ini perlu dikelola
secara komprehensif dan terpadu dengan kegiatan intrakurikuler. Untuk melihat
karakteristik esensial masing-masing jenis kegiatan kurikuler seperti berikut:[16]
Aspek
|
Intrakulikuler
|
Ekstrakuriuler
|
Kokurikuler
|
Tujuan dan Fungsi
|
Memberikan pengalaman
(kognitif, afektif, psikomotorik) sesuai dengan tujuan kurikuler yang telah
ditetapkan pada setiap mata pelajaran.
|
Memberikan pengalaman
yang sesuai dengan hobi, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik.
|
Memberikan kesempatan
melaksanakan remedial atau pengayaan dalam rangka memaksimalkan kemampuan
pesdik berdasarkan kemampuannya.
|
Isi/Materi
|
Ditetapkan dalam
silabus setiap mata pelajaran
|
Disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan kondisi sekolah
|
Mengacu pada
ketercapaian maksimal dalam GBPP setiap mata pelajaran
|
Kegiatan
|
Dalam jam pelajaran
|
Di luar jam pelajaran
|
Di luar jam pelajaran
|
Program
|
Terprogram
|
Terprogram
|
Terprogram
|
Evaluasi
|
Ulangan harian,
Ulangan umum (akhir program)
|
Evaluasi
perkembangan, Evaluasi perbuatan
|
Evaluasi hasil
remedial/evaluasi hasil pengayaan
|
Subjek Didik
|
Peserta kelas reguler
(wajib semua siswa)
|
Peserta kelas khusus
(berdasarkan pilihan)
|
Peserta berdasarkan
analisis hasil evaluasi untuk kelompok remedial atau pengayaan
|
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Secara bahasa,
manajemen berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu mwnagement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Dari bahasa
Itali yaitu maneggiare yang berarti
mengendalikan. Ada beberapa pakar yang mendefinisikan tentang arti manajemen,
diantaranya:
Istilah “Kurikulum”
memiliki berak dulu sampai dbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar
dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dengan dewasa ini. Istilah kurikulum
berasal dari bahasa latin yakni “Curriculae”
yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.
Muhammad Joko Susilo
mengutip dari pendapat Hamalik yang memberikan tafsiran kurikulum dalam tiga
hal, yaitu:
a.
Kurikulum memuat isi dan materi
pelajaran.
b.
Kurikulum sebagai rencana
pembelajaran.
c.
Kurikulum sebagai pengalaman
belajar.
Dalam UU-SISDIKNAS No.
20 Tahun 2003 BAB X Pasal 36 ayat 1 disebutkan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan dalam
ayat 2 disebutkan bahwa kurikulum pada
semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
Dalam konteks ini,
pengembangan kurikulum yang dibahas berupa kurikulum 2013 yang sedang digunakan
oleh pemerintah saat ini. Pengembangan kurikulum 2013 seperti
pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat, yaitu
pengembangan kurikulum tingkat nasional, pengembangan kurikulum tingkat
wilayah, pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, pengembangan
silabus, dan pengembangan program pembelajaran. Di samping itu, ada juga
peranan-peranan demi mewujudkan pengembangan kurikulum yang berkualitas,
diantaranya: Peranan para administrator pendidikan, Peranan para ahli, Peranan
guru, dan Peranan orang tua murid.
Adapun beberapa macam kegiatan
kurikuler, seperti:
a) Kegiatan
IntraKulikuler (Intra Curricular Activities)
b) Kegiatan
Kokurikuler (Co Curricular activities)
c) Kegiatan
Ekstrakurikuler (Extra Curricular Activities)
- Saran
Dengan adanya makalah tentang materi konsep
dasar manajemen kurikulum dalam konstruksi pendidikan, penyusun berharap agar
pembaca makalah ini bisa lebih giat dan rajin dalam belajar memahami dan
mendalami konsep-konsep dasar dalam suatu manajemen kurikulum yang merujuk pada
kualitas pendidikan di Indonesia saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Wiji. 2012. PengembanganKurikulum, Pedagogia:
Yogyakarta
Hidayati, Wiji. November 2016 “Manajemen Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Jenjang SMA Bermuatan Keilmuan Integrasi Interkoneksi”,
Manajeria MPI. Volume 1, No. 2, http://ejournal.uinsuka.ac.id/tarbiyah/index.php/manageria/article/view/1340
21 Maret 2017.
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Rusman, 2009. Manajemen Kurikulum. Rajawali Pers,
Jakarta.
Susilo, Muhammad Joko. 2008.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Sule, dkk. 2005. Pengantar Manajemen. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Ulmunir, Misbah. Suplemen Pengantar Ilmu Manajemen, FITK UIN SUKA, Yogyakarta.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003, (8 Juli 2003)
[1] Sule, dkk, Pengantar Manajemen, Kencana Prenada Media Group: 2005, hlm. 5
[2] Misbah Ulmunir, Suplemen Pengantar Ilmu Manajemen, FITK UIN SUKA: Yogyakarta, hlm.
1
[3] Opo.cit, Pengantar Manajemen, hlm. 6
[4] Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan kesiapan
Sekolah Menyongsongnya, Pustaka Pelajar :
2008, hlm. 77
[5] Ibid, hlm. 78
[6] Ibid, hlm. 79
[7] Rusman, Manajemen
Kurikulum, Rajawali Pers: 2009, hlm.
3
[8] Wiji Hidayati,
“Manajemen Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Jenjang
SMA Bermuatan Keilmuan Integrasi Interkoneksi”,
Manajeria MPI, Volume 1, Nomor 2, November 2016/1438,
hal. 202
[9] Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan kesiapan
Sekolah Menyongsongnya, Pustaka Pelajar:
2008, hlm. 107
[10] Ibid, hlm. 108 – 109
[11] E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 77
[12] Wiji Hidayati, Pengembangan Kurikulum, Pedagogia:
2012, hlm. 9
[13] Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan kesiapan
Sekolah Menyongsongnya, Pustaka Pelajar:
2008, hlm. 52
[14] Opo.cit, Pengembangan dan Implementasi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm. 80
[15] E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 81
[16] Rusman, Manajemen
Kurikulum, Rajawali Pers: 2009, hlm. 20
Komentar
Posting Komentar