PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
MAKALAH
PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Manajemen Kurikulum
Dosen Pengampu :Wiji
Hidayati
![]() |
Disusun Oleh :
1.
Ika Yuliyanti (15490020)
2.
Nur Diana Kholida (15490087)
Kelas: C
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah
SWT.,yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah yang berjudulkan “Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kurikulum. Makalah ini
berisikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan model pendekatan yang
digunakan dalam proses pengembangan kurikulum.
Dengan
adanya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan dapat
menambah pengetahuan dalam melaksanakan pengembangan kurikulum di dunia
pendidikan. Penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah yang disusun
guna memperbaiki dalam penyusunan makalah yang akan mendatang.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta,8 Maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dalam
proses pelaksanaan pendidikan di Indonesia dengan tujuan pendidikan yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa di masa depan maka diperlukannya suatu rancangan pendidikan yang sering kita
sebut dengan kurikulum pendidikan. Kurikulum pendidikan digunakan sebagai bahan
acuan dalam pelaksanaan proses pendidikan.
Pengembangan
kurikulum tersebut mempunyai berbagai model dalam pendekatannya yang digunakan
sebagai proses atau langkah untuk mengembangkan kurikulum yang telah diterapkan
agar kurikulum terebut dapat berjalan sesuai dengan rencana awal. Karena suatu
kurikulum yang ditentukan akan mempengaruhi hasil pendidikan di masa yang akan
datang. Dengan begitu pendekatan-pendekatan inilah yang nantiya akan diterapkan
oleh pemerintah dalam mengembangkan kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia
ini sesuai dengan tujuan awal diterapkannya kurikulum.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pendekatan pengembangan
kurikulum?
2. Apa tujuan adanya pendekatan dalam
pengembangan kurikulum?
3. Apa saja jenis-jenis pendekatan dalam
pegembangan kurikulum?
C.
TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian dari pendekatan
pengembangan kurikulum,
2. Menjelaskan tujuan adanya pendekatan
dalam pengembangan kurikulum,
3. Menjelaskan jenis-jenis pendekatan dalam
pengembangan kurikulum.
BAB II
ISI
A.
PENGERTIAN PENDEKATAN
PEGEMBANGAN KURIKULUM
Pendekatan dapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu.
Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan pengembangan
kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang
proses pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup
luas. Menurut Sukmadinata (2000 : 1), pengembangan kurikulum bisa berarti
penyusun kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga
menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curuculum improvement). Bisa juga
kurikulum ialah perencanaan kesempatam-kesempatan belajar yang ditunjukkan
untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai
perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa.
Pendekatan lebih menekankan pada
usaha dan penerapan langkah- langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu
strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan
langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik.[1]
Menurut Geane, Topter dan
Alicia bahwa Pengembangan Kurikulum adalah suatu proses dimana partisipasi pada
berbagai tingkatan dalam membuat keputusan tentang tujuan, bagaimana tujuan
direalisasikan melalui proses belajar mengajar dan apakah tujuan dan alat itu
serasi dan efektif.[2]
Pengembangan kurikulum adalah
suatu proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan
didasarkan pada hasil penelitian terhadap kurikulum yang tidak berlaku,
sehingga dapat memberikan kondisi kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.[3]
Dalam realitas
sejarahnya, pengembangan kurikulum pendidikan Islam tersebut ternyata mengalami
perubahan-perubahan paradigma, walau dalam beberapa hal tertentu paradigma
sebelumnya tetap dipertahankan hingga sekarang. Beberapa pendapat mengemukakan
bahwa pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah: the
planning of learning opportunities intended to bring about certain desired in
pupils, and assessment of the extent to which these change have taken place.[4]
Hal ini menunjukkan bahwa
kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan
untuk membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan
menilai hingga mana perubahan tersebut telah terjadi pada setiap peserta didik.
Yang dimaksudkan
pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat
dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh
kurikulum yang lebih baik. Setidak-tidaknya ada 4 pendekatan dalam pengembangan
kurikulum di antaranya, yaitu: pendekatan subyek akademik, pendekatan
humanistik, pendekatan teknologi, dan pendekatan rekonstruksi social, Namun
disini kami akan menguraikan tiga pendekatan yakni pendekatan subyek akademik,
pendekatan humanistic, dan pendekatan teknologi.
A.
TUJUAN
Mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan
tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenan dengan mata pelajaran (subject
course) maupun kurikulum secara menyeluruh.Dapat disimpulkan bahwa
pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum oleh pengembang
kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar
kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
B.
JENIS-JENIS PENDEKATAN
Pendekatan
dalam pengembangan kurikulum merefleksikan pandangan seseorang terhadap sekolah
dan masyarakat. Para pendidik pada umumnya tidak berpegang pada salah satu
pendekatan secara murni, tetapi menganut beberapa pendekatan yang sesuai. Pendekatan
dalam pengembangan kurikulum itu sangat erat hubungannya dengan teori atau
aliran pendidikan yang dominan. Aliran tersebut adalah pendidikan klasik,
pendidikan pribadi, pendidikan teknologi dan pendidikan interaksionis. Empat
teori pendidikan mempunyai pendekatan yang berbeda dalam praktek pendidikan dan
pengembangan kurikulum. Aliran pendidikan klasik menggunakan pendekatan subyek
akademik, aliran pendidikan pribadi menggunakan pendekatan humanistis, aliran
pendidikan teknologi menggunakan pendekatan teknologis, dan aliran
interaksionis menggunakan pendekatan rekonstruksi social.[5]
1.
Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan subyek akademis adalah bentuk
atau model tertua diantara model lainnya, dan biasanya suatu lembaga pendidikan
atau sekolah sampai sekarang tidak bisa lepas dari pendekatan ini. Pendekatan
subyek akademis adalah pendekatan yang sangat praktis, mudah digabungkan dengan
pendekatan lain bila diperlukan. Pendekatan subyek akademis bersumber pada
aliran pendidikan klasik yang berorientasi pada masa lalu. Pengembangan
kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata
pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik yang diperlukan
untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.[6]
Fungsi pendidikan adalah mempelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya dan ilmu
pengetahuan masa lalu itu (transfer of knowledge).
Belajar adalah menguasai ilmu pengetahuan
dan produk budaya sebanyak-banyaknya. Orang-orang yang dipandang berhasil
adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar materi pembelajaran
yang telah disiapkan dan disusun oleh para guru. Materi pembelajaran diambil
dari semua jenis disiplin ilmu pengetahuan. Para ahli bidangnya masing-masing
telah mengembangkan ilmu pengetahuan yang sistematis, logis, dan terpercaya.
Para pengembang kurikulum tidak perlu menyusun mengembangkan bahan ajaran
sendiri, tetapi hanya tinggal memilih bahan suatu displin ilmu yang telah
dikembangkan oleh para ahlinya masing-masing. Kemudian mengorganisasikan bahan
tersebut secara sistematis sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dan sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa.
Dalam pendekatan subyek akademis guru
sebagai penyampai bahan pelajaran memegang peranan yang sangat penting. Guru
harus menguasai seluruh bahan atau materi pelajaran yang ada dalam kurikulum.
Mereka harus menjadi ahli dalam bidang-bidang studi tertentu yang diajarkan dan
diampunya. Lebih dari itu, guru adalah model dari para siswanya, segala yang
disampaikan dan segala tindakan harus menjadi bagian dari kepribadian guru yang
akan diikuti dan menjadi panutan bagi siswanya. Guru adalah orang yang harus
bisa dipercaya apa yang dikatakannya, tindakannya harus dapat ditiru dan
dicontoh oleh siswanya. [7]
Kurikulum subjek akademis mempunyai
beberapa ciri berkenaan dengan maksud atau tujuan, metode, organisasi isi, dan
evaluasi.[8]
a. Tujuan
Tujuan kurikulum subyek akademis adalah pemberian
pegetahuan yang solid serta melatih para peserta didik menggunakan ide-ide dan
proses penelitian. Peserta didik harus belajar menggunakan pemikiran dan dapat
mengontrol dorongan-dorongannya. Lembaga pendidikan harus memberikan kesempatan
kepada para peserta didik untuk merealisasikan kemampuan mereka menguasai
warisan budaya dan jika mungkin memperkayanya.
b. Metode
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulu
sunjek akademis adalah metode ekspositori dan penyelidikan (inkuiri). Ide-ide
diberikan kepada guru lalu dielaborasi (dilaksanakan) peserta didik sampai
mereka kuasai. Konsep utama disusun secara sisematis, dengan ilustrasi yang
jelas untuk elanjutnya dikaji. Dalam materi disiplin ilmu yang diperoleh,
dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara
penyelesaiannya.
c. Organisasi isi
1) Correlated
Curriculum
Pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari
dalam suatu pelajaran dikolerasikan dengan pelajaran lainnya.
2) Unified atau Concentrated Curriculum
Pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam
tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi berbagai pelajaran disiplin
ilmu.
3) Integrated
Curriculum
Kalau di Unified masih tampak disiplin
ilmunya tetapi di Integrated tidak kelihatan lagi disiplin ilmunya. Bahan
ajar diintegrasikan dengan persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
4) Problem
Solving Curriculum
Pola yang berisi topic pemecahan masalah social yang
dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang
diperoleh dari berbagai ata pelajaran atau disiplin ilmu.
d. Evaluasi
Tentang kegiatan evaluasi, kurikulum subyekakademis menggunakan bentuk
evaluasi yang bervariasi desesuaikan dengan tujuan dan sifat bahan pelajaran.
Sebagai sebuah pendekatan pengembangan kurikulum, subyek akademis tidak
lepas dari kritikan-kritikan yang hal ini sekaligus menunjukkan kekurangannya.
2.
Pendekatan Humanistis
Kurikulum ini berdasarkan aliran
pendidikan kepribadian (personalized education), yang dikembangkan oleh
John Dewey(progressive education) dan J.J Rousseoun(Romantic Education).
Pendekatan humanistis lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Hal ini
bertolah pada asumsi bahwa anak didik adalah individu yang pertama dan utama
dalam pendidikan. Mereka adalah subyek dan pusat kegiatan pendidikan. Anak
didik itu memiliki potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.
Pendidikan Humanis juga berpegang pada teori Gestalt yang memandang bahwa anak
adalah merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan untuk
membentuk manusia yang utuh bukan saja segi fisik, intelektual tetapi juga segi
social dan afektif(sikap,emosi, perasaan, dan nilai).
Aliran ini berkembang atas reaksi atas
praktek pendidikan yang lebih menekankan segi intelektual saja, dengan peran
utama dipegang oleh guru. Menurut pandangan humanistis pendidikan adalah upaya
yang berusaha untuk menciptakan situasi yang baik, rilex, dan akrab. Dengan
situasi yang kondusif, siswa dapat mengembangkan segala potendi dirinya. Tugas
pendidikan adalah memperluas kesadaran diri an mengurangi kesenjangan dan
keterasingan dari lingkungan. Ada tiga aliran yang termasuk humanistis yaitu
pendidikan konfluen, kritikisme radikal, dan mistikisme modern.
Pendidikan konfluen menekankan keutuhan
pribadi dan individu yang harus merespon secara utuh baik pikiran maupun
perasaan terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan. Kritikisme radikal
bersumber dari aliran romantisme Rousseou yang melihat bahwa pendidikan adalah
upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi
yang ada pada dirinya. Dalam pendidikan tidak ada pemaksaan yang ada adalah
dorongan dan rangsangan untuk berkembang. Mistikisme modern adalah aliran yang
menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti,
melalui sensitivity training,yoga, meditasi, kontempelasi,dzikir, dan
lain-lain.[9]
Kurikulum himanistis mempunyai beberapa
kharakteristik:[10]
a. Tujuan dan fungsi
Kurikulum berfungsi menyediakan
pengalaman(pengetahuan) berharga membantu memperlancar perkembangan pribadi peserta
didik. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang
dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian,
sikap yang sehat terhadap diri sendiri,orang lain, dan belajar. Semua itu
merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia yang teraktualisasikan
diri adalah orang yang telah mencapai keseimbangan(harmoni) perkembangan
seluruh aspek pribadinya baik aspek kognitif, estetik, maupun moral. Seseorang
dapat bekerja dengan baik bila memiliki karakter yang baik pula.
b. Metode
Kurikulum humanistis menuntut konteks hubungan
emosional yang baik antara pendidik dan peserta didik. Pendidik/ guru selain
harus mampu menciptakan hubungan yang hangat dengan peserta didik, juga mampu
menjadi sumber. Ia harus mampu memberi materi yang menarik dan mampu
menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar. Pendidik harus emberikan
dorongan kepada peserta didik atas dasar saling percaya. Peran mengajar bukan
saja dilakukan oleh pendidik tetapi juga oleh peserta didik. Pendidik tidak
memaksakan sesuatu yang tidak disegaja peserta didik.
c. Organisasi isi
Salah satu kekuatan besar kurikulum humanistis
terletak di dalam tekanannya pada integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan
saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum
humanistis juga menekankan keseluruhan. Kurikulum harus mampu memberikan
pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal. Kurikulum
ini kurang menekankan sekuens, karena dengan sekuens para peserta didik kurang
memunyai kesempatan untuk memperluas dan memperdalam aspek-aspek
perkembangannya.
d. Evaluasi
Kurikulum humanistis berbeda dengan kurikulum konvensional (subyek
akademis). Model ini lebih mengutamakan proses daripada hasil. Kalau kurikulum
konvensional terutama subyek akademis penilaian ditentukan secara obyektif dan
mempunyai kriteria pencapaian, maka dalam kurikulum humanistis tidak ada
kriteria. Ahli humanis lebih tertarik dalam pertumbuhan tanpa memperlihatkan
tentang bagaimana pertumbuhan itu diukur atau ditemukan. Sasaran mereka adalah
perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri
sendiri. Kegiatan yang mereka lakukan hendaknya bermanfaat bagi peserta didik.
Kegiatan belajat yang baik adalah yang memberikan pengalaman yang akan membantu
para peserta didik memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Ketika diminta untuk
mempertimbangkan efektivitas kurikulum mereka, ahli humanis biasanya percaya
kepada penilaian subyektif oleh guru dan peserta didik.
3.
Pendekatan Teknologis
Pendekatan ini memiliki kesamaan dengan
pendekatan subyek akademis,yang menekankan pada isi dan materi kurikulum.
Tetapi mempunyai perbedaan, yaitu diarahkan pada penguasaan kompetensi bukan
diarahkan pada pengawetan dan pemeliharaan ilmu pengetahuan. Suatu kompetensi
yang besar atau standar diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi yang lebih
sempit atau kompetensi dasar, yang ada pada akhirnya menjadi perilaku-perilaku
yang bisa diamati dan diukur.
Penerapan
teknologi dalam bidang kurikulum terwujud dalam dua bentuk yaitu bentuk
perangkat lunak(software) dan perangkat keras(hardware). Aplikasi teknologi
perangkat lunak disebut juga teknologi system, sedangkan aplikasi perangkat
keras disebut teknologi alat. Teknologi alat lebih menekankan pada pengunaan
alat-alat teknologis yang menunjang efisiensi dan efektivitas program
pendidikan. Kurikulumya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan
media serta model-model pembelajaran yang banyaj melihat alat. Tanpa bantuan
media maka proses pembelajaran tidak dapat berlangsung, karena perencanaan
pembelajaran telah tersusun terpadu antara kegiatan-kegiatan pendidikan dengan
media tersebut. Misalnya pembelajaran dengan media video, VCD, modul, computer,
internet,dan lain-lain. Adapun teknologi sistem menekankan pada penyusunan
program pembelajaran atau perencanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan
sistem, baik dibantu oleh alat dan media maupun tidak. Dalam teknologi sistem
ini pembelajaran tetap dapat berlangsug tanpabentuan media, karena media itu
digunakan jika diperlukan.
Pendekatan
teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari
analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas atau
pekerjaan tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses dan
strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job
description) tersebut. Rencana dan proses pembelajaran dirancang sedemikian
rupa, sehingga hasilnya dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan
terkontrol. Dalam menyusun kurikulum, sesungguhnya tidak semua materi pelajaran
dapat menggunakan pendekatan teknologis, karena sifat-sifat atau karakter
materi pelajaran itu berbeda. Termasuk dalam pendekatan ini adalah kurikulum
berbasis computer yang kini sedang diterapkan oleh pemerintah.[11]
Ciri-ciri
kurikulum teknologi:[12]
a. Tujuan
Tujuan pada kurikulum ini diarahkan pada pengarahan
kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan yang ersifat umum
yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut obyektif
atau tujuan instruksional atau indicator. Obyektif atau indicator ini
menggambarkan perilaku, perbuatan, atau kecakapan keterampilan yang dapat
diamati atau diukur. Oleh karena itu tujuan pembelajaran sistem teknologi cenderung
memperkuat pentingnya gagasan konvensional dan bagian tradisional dan bagian
tradisional dari subyek akademik.
b. Metode
Pengajaran bersifat individual, tapi peserta didik
menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai dengan kecepatan
masing-masing. Pada saat tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara
kelompok. Setiap peserta didik harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan
program pengajaran. Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-langkah :
1) Penegasan tujuan
Para peserta didik diberi ejelasan tentang
pentingnya mempelajari tujuan dan bahan tertentu. Atau, paling tidak mereka
diberi uraian secara jelas tentang hal yang harus mereka pelajari.
2) Pelaksanaan pengajaran
Para peserta didik belajar secara individual malalui
media buku ataupun media elektronik. Dalam kegiatan belajarnya mereka dapat
menguasai keterampilan-keterampilan dasar ataupun perilaku-perilaku yang
dinyatakan dalam tujuan program. Mereka belajar dengan cara memberikan respon
secara cepat terhadap persoalan-persoalan yang diberikan.
3) Pengetahuan tentang hasil
Kemajuan peserta didik dapat segera diketahui oleh
peserta didik sendiri, sebab dalam model kurikulum ini umpan balik selalu
diberikan. Para peserta didik dapat segera mengetahui apa yang telah mereka
kuasai dan apa yang masih harus dipelajari lebih serius.
c. Organisasi bahan ajar
Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari
disiplin ilmu,tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan
suatu kompetensi. Tujuan akhir program dinyatakan secara tepat dan operasional
dan tujuan ini merupakan dasar untuk mengorganisasikan bahan pembelajaran.
Bahan ajar atau kompetensi yang luas/besar dirinci menjadi bagian-bagian atau
subkompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan objektif/indicator. Urutan
dari obyektif-obyektif atau indikator-indikator ini pada dasarnya menjadi inti
organisasi bahan.
d. Evaluasi
Fungsi evaluasi bermacam-macam, sebagai umpan balik bagi peserta didik
dalam penyempurnaan penguasaan suatu susunan pelajaran (evaluasi
formatif),umpan balik bagi peserta didik pada akhir suatu program atau semester
(evaluasi sumatif). Evaluasi juga bisa menjadi umpan balik bagi pendidik dan
pengembangan kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum. Evaluasi yang mereka
gunakan umumnya berbentuk tes obyektif. Sesuai dengan landasan pemikiran
mereka,bahwa model pengajarannya menekankan sifat ilmiah, bentuk ini tes
dipandang yang paling cocok.
4.
Pendekatan Rekonstruksi Sosial
Pendekatan rekonstruksi social bersumber
pada aliran interaksional. Pandangannya adalah bahwa pendidikan bukanlah upaya
sendirianm tetapi adalah usaha bersama, kerja sama dan interaksi. Interaksi ini
bukan hanya antara guru dengan murid tetapi juga antara murid dengan murid,
antara murid dengan orang-orang disekitarnya dan dengan berbagai sumber
belajar. Melalui interaki dan kerjasama ini para murd berusaha memecahkan
masalah-masalah dalam masyarakar, menuju tatanan masyarakat yang lebih baik.
Dalam menyusun kurikulum atau program
pendidikan keahlian bertolak dari problem yang dihadapi daam masyarakat, untuk
selanjutnya untuk memerankan ilmu-ilmu dan teknologi serta bekerja secara
kooperatif dan kolaboratif akan dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukan
masyarakat yang lebih baik. Kurikulum tersebut disamping menekankan isi
pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus menekankan proses pendidikan dan
pengalaman belajar. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa manusia adalah makhluk
social yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia yang lain, selalu
hidup bersama, berinteraksi dan bekerjasama.[13]
Ciri dari disain Rekonstruksi Sosial
yaitu:[14]
a. Tujuan
Tujuannya adalah menghadapkan peserta didik pada
tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi
manusia.
b. Metode
Para pengembang kurikulum berusaha mencari
keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta didik. Para
pendidik berusaha membantu peserta didik menemukan minat dan kebutuhannya.
Sesuai dengan minat masing-masing peserta didik, baik dalam kegiatan pleno
maupun kelompok- kelompok berusaha memcahkan masalah social yang dihadapinya.
c. Pola organisasi
Pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah
roda. Ditengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi
temautama dan dibahas sevara pleno. Dari tema utama dijabarkan sejumlah topic
yang dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan
lainnya. Topic-topik dengan berbagai kegiatan ini merupakan jari-jari. Suatu
kegiatan jari-jari dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velg.
d. Evaluasi
Para peserta didik juga dilibatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam
memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Soal-soal yang akan
diujikan dinilai lebih dulu baik
ketepatan atau keluasan isinya, juga keampuhan menilai pencapaian tujuan-tujuan
pembangunan masyarakat yang sifatnya kualitatif. Evaluasi tidak hanya menilai
pengaruh kegiatan yang telah dikuasai peserta didik, tetapi juga menilai
pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat. Pengaruh tersebut terutama
menyangkut perkembnagna masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak
atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
2. Mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan
tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenan dengan mata pelajaran (subject
course) maupun kurikulum secara menyeluruh
3. Jenis-jenis pendekatan ada 4 yaitu:
a. Pendekatan Subjek Akademis
b. Pendekatan Humanistis
c. Pendekatan Teknologis
d. Pendekatan Rekonstruksi Sosial
B.
SARAN
Pendekatan
digunakan sebagai pandangan dalam proses melakukan pengembangan kurikulum.
Setiap lembaga pendidikan mempunyai pendekatan yang berbeda sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diinginkannya. Walaupun pendekatan yang dilakukan dari
pemerintah satu dengan pemerintah lainnya berbeda artinya tiap berganti jabatan
berganti pula pendekatan yang diterapkan tetapi pada dasarnya tujuan pendidikan
Indonesia tetaplah sama yaitu mencerdaskan anak-anak bangsa.
DAFTAR
PUSTAKA
www.Sdn4sidorejo.blogspot.co.id/2012/02/pendekatan-pendekatan-dalam.html
Zaini,Muhammad.2009.Pengembangan Kurikulum:Konsep Implementasi
Evaluasi dan Inovasi.Yogyakarta:Teras.
Sukiman.2013.Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik pada Perguruan
Tinggi.Yogyakata: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga..
Muhaimin.2005.Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah Dan Perguruan Tinggi.Jakarta:
Raja grafindo Persada.
Hamalik,Oemar.2006.Manajemen Pengembangan Kurikulum.Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hidayati,Wiji.2012.Pengembangan
Kurikulum.Yogyakarta:Pedagogia.
[1]
www.Sdn4sidorejo.blogspot.co.id/2012/02/pendekatan-pendekatan-dalam.html
[2]
Muhaimin, Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah Dan Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Raja grafindo Persada, 2005), hlm. 10
[3] Ibid., hlm. 38
[5]
Muhammad Zaini,Pengembangan Kurikulum:Konsep Implementasi Evaluasi dan
Inovasi,(Yogyakarta:Teras,2009),hlm 119.
[6]
Sukiman,Pengembangan Kurikulum:
Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi,(Yogyakata: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga,2013),hlm 60.
[7]
Muhammad Zaini,Pengembangan Kurikulum:Konsep Implementasi Evaluasi dan
Inovasi,(Yogyakarta:Teras,2009),hlm 120-121
[8]
Sukiman,Pengembangan Kurikulum: Teori
dan Praktik pada Perguruan Tinggi,(Yogyakata: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga,2013),hlm 61-63.
[9]Muhammad
Zaini,Pengembangan Kurikulum:Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi,(Yogyakarta:Teras,2009),hlm
121-123
[10]
Sukiman,Pengembangan Kurikulum:
Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi,(Yogyakata: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga,2013),hlm 66-67
[11]
Muhammad Zaini,Pengembangan Kurikulum:Konsep Implementasi Evaluasi dan
Inovasi,(Yogyakarta:Teras,2009),hlm 123-125
[12]
Sukiman,Pengembangan Kurikulum:
Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi,(Yogyakata: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga,2013),hlm 72-73
[13] Ibid.,hlm
125-126
[14]
Wiji Hidayati,Pengembangan Kurikulum,(Yogyakarta:Pedagogia,2012),hlm
68-70.
Komentar
Posting Komentar